HIV/AIDS
Satu Desember diperingati sebagai
hari AIDS sedunia, otomatis aku teringat akan satu penyakit yang sampai
sekarang belum ditemukan obatnya ini….dan jadi teringat lagi salah satu temenku
yang meningal gara- garaBagaimana tidak khawatir, kita yang telah dianugerahi oleh sang Pencipta lengkap dengan sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang sangat-sangat kompleks untuk kelangsungan hidup malah diserang oleh virus yang berukuran sangat-sangat kecil pada pusat pertahanan, tidak be
rdaya.
Tergerak hati, untuk membuka-buka kembali sejarah Aids, bagaimana bisa ditemukan, bagaimana asal muasalnya. Teringat aku akan masa di SMU dulu, pernah aku mendapatkan tugas untuk merangkum mengenai penyakit AIDS ini. Tak dinyana, informasi yang selama ini telah aku pahami, bahwa asal muasal virus dari primata sebangsa kera, dibantahkan bahwa Virus HIV AIDS sebenarnya bukan berasal dari simpanse, tetapi ciptaan para ilmuwan yang kemudian diselewengkan melalui rekayasa tertentu untuk memusnahkan etnis tertentu.
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketikaCenter for disease Control Prevention A.S mencatat adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumosystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Tiga dari infeksi HIV awal yang diketahui adalah:
- Sampel plasma diambil tahun 1959 dari laki-laki dewasa yang tinggal di Kinshasa, kini merupakan bagian dari Republik Demokratik Congo.
- HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Robert. R, seorang remaja Afrika-Amerika berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.
- HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang meninggal sekitar tahun 1976.
Banyak ahli percaya bahwa HIV masuk kedalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.Teori yang lebih kontroversial yang diketahui dengan nama Hipotesis OPV-AIDS mengusulkan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo, Belgia oleh penelitian Hillary Koprovsky terhadap Vaksin Polio. Menurut komunitas ilmu pengetahuan, skenario ini tidak didukung oleh bukti yang ada.
Teori lain menyatakan Virus HIV AIDS sebenarnya bukan berasal dari simpanse, tetapi ciptaan para ilmuwan yang kemudian diselewengkan melalui rekayasa tertentu untuk memusnahkan etnis tertentu. (Jerry D. Gray, Dosa-dosa Media Amerika – Mengungkap Fakta Tersembunyi Kejahatan Media Barat, Ufuk Press 2006 h. 192).
Tulisan Allan Cantwell Jr.MD ini mengungkapakan rahasia asal-usul AIDS dan HIV, juga bagaimana ilmuwan menghasilkan penyakit yang paling menakutkan kemudian menutup-nutupinya.
“Teori” Monyet
Hijau
1.Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa
AIDS adalah ciptaan manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober
1990, tiga puluh persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar
percaya bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium
untuk menginfeksi dan membunuh kalangan kulit hitam. Sebagian orang bahkan
menganggap teori konspirasi AIDS lebih bisa dipercaya dibandingkan teori monyet
hijau Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS. Sebenarnya sejak tahun 1988 para
peneliti telah membuktikan bahwa teori monyet hijau tidaklah benar. Namun
kebanyakan edukator AIDS terus menyampaikan teori ini kepada publik hingga
sekarang. Dalam liputan-liputan media tahun 1999, teori monyet hijau telah
digantikan dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang dikatakan
merupakan asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas
ilmiah.
2. “Pohon keturunan” filogenetik virus primata (yang hanya dipahami segelintir orang saja) ditampilkan untuk membuktikan bahwa HIV diturunkan dari virus primata yang berdiam di semak Afrika. Analisis data genetika virus ditunjukkan melalui “supercomputer” di Los Alamos, Mexico, menunjukkan bahwa HIV telah “melompati spesies’, dari simpanse ke manusia sekitar tahun 1930 di Afrika.
Catatan penting: Los Alamos kebetulan saja merupakan sentra pembuatan bom nuklir, hasil persekutuan mata-mata Cina, dan laboratorium tempat dilakukannya eksperimen rahasia radiasi manusia terhadap penduduk sipil yang tidak merasa curiga. Eksperimen ini telah dilakukan sejak tahun 1940-an hingga awal epidemik AIDS.
Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS
kepada Pria Gay (1978-1981)
Ribuan pria gay mendaftar sebagai
manusia percobaan untuk eksperimen vaksin hepatitis B yang “disponsori
pemerintah AS” di New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Setelah beberapa
tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat sindrom defisiensi kekebalan terkait
gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B
dikembangkan di dalam tubuh simpanse. Sekarang hewan ini dipercaya sebagai
asal-usul berevolusinya
HIV. Banyak orang masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran
asalnya yang terkait dengan pria gay dan AIDS. Para dokter senior masih bisa
ingat bahwa eksperimen vaksin hepatitis awalnya dibuat dari kumpulan serum
darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.
Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam
tubuh pria gay selama uji coba vaksin ini. Ketika itu, ribuan homoseksual
diinjeksi di New York pada awal 1978 dan di kota-kota pesisir barat sekitar
tahun 1980-1981.
Apakah jenis virus yang terkontaminasi
dalam program vaksin ini yang menyebabkan AIDS? Bagaimana dengan program WHO di
Afrika? Bukti kuat menunjukkan bahwa AIDS berkembang tak lama setelah program
vaksin ini. AIDS merebak pertama kali di kalangan gay New York City pada tahun
1979, beberapa bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan. Ada fakta yang cukup
mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa 20% pria gay yang
menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York diketahui mengidap HIV
positif pada tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi penyakit “resmi’). Ini
menunjukkan bahwa pria Manhattan memiliki kejadian HIV tertinggi dibandingkan
tempat lainnya di dunia, termasuk Afrika, yang dianggap sebagai tempat
kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain yang juga menghebohkan adalah bahwa kasus
AIDS di Afrika yang dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah
peneliti yakin bahwa eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran
tempat “berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang
para ilmuwan AIDS mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin tersebut.
Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS
berjangkit pada orang heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya
berjangkit pada kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada
publik bahwa “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20
tahun setelah kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat
berjangkit pada pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka.
Mengapa demikian? Tentunya HIV tidak mendiskriminasi preferensi seksual atau
ras tertentu. Apakah benar demikian?
Keserupaan dengan FLU Burung
Di pertengahan tahun 1990-an, para ahli
biologi berhasil mengidentifikasi setidaknya 8 subtipe (strain) HIV yang
menginfeksi berbagai orang di seluruh dunia. Telah terbukti, strain B adalah strain pra dominan yang menginfeksi gay di
AS. Strain HIV ini lebih cenderung menginfeksi
jaringan rektum, itu sebabnya para gay yang cenderung menderita AIDS
dibandingkan non-gay
Anatomi Alat Kelamin Pria
Sebaliknya, Strain HIV yang umum dijumpai di Afrika
cenderung menginfeksi vagina dan sel serviks (leher rahim), sebagaimana kulup
penis pria. Itu sebabnya, di Afrika, HIV cenderung berjangkit pada kalangan
heteroseksual.
Anatomi Alat Kelamin Wanita
Para pakar AIDS telah memeberitahukan
bahawa AIDS Amerika berasal dari Afrika, padahal Strain HIV yang umum dijumpai di kalangan
pria gay nyaris tak pernah terlihat di Afrika! Bagaimana bisa demikian? Apakah
sebagian Strain HIV direkayasa agar mudah
beradaptasi ke sel yang cenderung menginfeksi kelamin gay?
Telah diketahui, pria ilmuwan SCVP
(Special Virus Cancer Program) mampu mengadaptasi retrovirus tertentu agar
menginfeksi jenis sel tertentu. Tak kurang sejak tahun 1970, para ilmuwan
perang biologis telah belajar mendesain agen-agen (khususnya virus) tertentu
yang bisa menginfeksi dan menyerang sel kelompok rasial “tertentu”. Setidaknya
tahun 1997, Stephen O’Brien dan Michael Dean dari Laboratorium Keanekaragaman
Genom di National Cancer Institute menunjukkan bahwa satu dari sepuluh orang
kulit putih memiliki gen resisten-AIDS, sementara orang kulit hitam Afrika
tidak memiliki gen semacam itu sama sekali. Kelihatannya, AIDS semakin
merupakan “virus buatan manusia yang menyerang ras tertentu” dibandingkan
peristiwa alamiah.
Berkat bantuan media Amerika, virus ini
menyebar ke jutaan orang tertentu di seluruh dunia sebelum segelintir orang
mulai waspada akan kejahatan di balik penciptaan virus ini. Di tahun 1981,
pejabat kesehatan memastikan “masyarakat umum” bahwa tak ada yang perlu
dikhawatirkan. “AIDS adalah penyakit gay” adalah jargon yang sering
dikumandangkan media.
Setidaknya tahun 1987, Robert Gallo
memberitahu reporter Playboy, David Black, “Saya pribadi belum pernah menemukan
satu kasus pun (di Amerika) dimana pria terkena virus (AIDS) dari seorang
wanita melalui hubungan intim heteroseksual .” Gallo melanjutkan, “AIDS tak
akan menjadi bahaya yang tak bisa teratasi bagi masyarakat umum.” Apakah ini
sekedar spekulasi ataukah Gallo mengetahui sesuatu yang tidak ia ceritakan?
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Para ilmuwan umumnya
berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah
menjadi wabah
penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh
dunia. Pada Januari
2006, UNAIDS bekerja sama
dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
tanggal 5 Juni
1981. Dengan
demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta
jiwa pada tahun 2005
saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.
Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat
mengurangi tingkat kematian dan parahnya
infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua
negara. Hukuman
sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan
dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial
tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang
terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).GEJALA DAN KOMPLIKASI :
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi
pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan
kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi
oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV
memengaruhi hampir semua organ tubuh.
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker
leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma. Biasanya penderita AIDS memiliki
gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari),
pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.
Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada
tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup
pasien.
Kanker dan tumor ganas (malignan)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV). Sarkoma
Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual
tahun 1981 adalah salah
satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari
subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga
disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit
dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran
pencernaan, dan paru-paru.Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah
kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah
bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma)
atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell
lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer,
lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali
merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada
beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar
disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes
Sarkoma Kaposi. Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV
dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus
papiloma manusia. Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor
lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan
kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor
yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang
tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat
dilakukannya terapi
antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan
berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama
kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang
terinfeksi HIV.
Infeksi oportunistik lainnya
Pasien AIDS
biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam
ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk
infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus
sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus
besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada
retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang
dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis,
kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis
dan kriptokokosis)
pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia
Tenggara.
PENULARAN SEKSUAL
Penularan (transmisi) HIV
secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau
cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran
mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih
berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko
hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks
oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks
oral reseptif maupun insertif.[34]
Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena
pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap
rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan
risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan
epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang
terinfeksi HIV (limfosit
dan makrofaga)
pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika
Sub-Sahara, Eropa,
dan Amerika
Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko
terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid.
Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya
penyakit menular seksual seperti kencing
nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis
yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada
tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang
belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit
ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus
plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil
pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA
HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita
lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta
fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit
seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus
lain yang lebih mematikan.
PENCEGAHAN
HUBUNGAN
SEKSUAL
Mayoritas
infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung
antarindividu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual
adalah modus utama infeksi HIV di dunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau
kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual
lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa
penggunaan kondom yang lazim mengurangi risiko penularan HIV sampai kira-kira
80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom
digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. Kondom laki-laki berbahan lateks, jika
digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah
satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi
HIV secara seksual dan penyakit menular seksual lainnya. Pihak produsen kondom
menganjurkan bahwa pelumas berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak
babi tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahan tersebut dapat
melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang. Jika diperlukan, pihak produsen
menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak
digunakan dengan kondom poliuretan.
Kondom wanita adalah alternatif selain
kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang memungkinkannya untuk
digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom wanita lebih besar
daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk
cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin
bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan
kondom wanita, cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom
wanita masih jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar
wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan
pelindung secara keseluruhan meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa
pelindung sehingga kondom wanita merupakan strategi pencegahan HIV yang
penting.
Penelitian terhadap pasangan
yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan penggunaan kondom yang
konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi adalah di
bawah 1% per tahun. Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara
maju. Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis
di Eropa dan Amerika
Utara menunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap
melakukan kegiatan berisiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS,
sehingga mengabaikan risiko yang mereka hadapi atas infeksi HIV. Namun
demikian, transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV
oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun
2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali mengkonfirmasi
bahwa sunat
laki-laki menurunkan risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrika sampai
sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang
terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan
sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat.
Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada
laki-laki bersunat, dapat meningkatkan perilaku seksual berisiko sehingga
mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai
organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko
terkena HIV melalui hubungan seksual.
PENULARAN DARI IBU KE ANAK
Penelitian menunjukkan bahwa obat
antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang
penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission, MTCT).
Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah,
terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak
menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat
terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan
pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar 700.000
anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu ke
anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. Dari semua anak yang
diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub
Sahara.
PENANGANAN
TERAPI ANTIVIRUS
Penanganan
infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang
sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat
HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV
sejak tahun 1996,
yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat
ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang
terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus.
Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue
reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat
perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi
perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Di
negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan
mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4,
serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal. Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV. Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan. Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin . Berbagai efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Penutup
Muasal HIV dan AIDS telah diselewengkan
dan disamarkan oleh pemerintah AS, berkat bantuan besar media boneka mereka.
Jika jurnalisme bekerja sebagaimana mestinya, masyarakat umum pasti mendapat
gagasan yang lebih jernih tentang AIDS sesungguhnya. Namun kebenaran justru
diplesetkan dan masyarakat dunia menjadi bingung sehingga mereka seolah tak
lagi ambil pusing.
Post a Comment